Senin, 29 September 2014

Sikap Orang Tua Menentukan Masa Depan Anak?



Sikap Orang Tua Menentukan Masa Depan Anak?

Oke gue kembali lagi kali ini dengan topik yang baru. Sebenarnya ini adalah hal biasa yang sering terjadi dikalangan pelajar. Telebih khususnya pelajar SMA kayak gue, yang masih dalam proses pencarian jati diri.

Nah, biasanya nih kalo pelajar-pelajar yang masih dalam proses pencarian jati diri khusunya yang duduk di bangku SMP tuh masih transparan cara pencarian jati dirinya. Palingan cuman pacaran doang atau apalah gitu. Tapi setelah beranjak ke jenjang yang lebih tinggi dan sifat labil dalam diri udah mulai menghilang, kita mulai bisa berpikir jernih mana yang baik dan buruknya. Contohnya tuh, kalau di SMP menyelesaikan masalahnya dengan emosi. Nah hal yang paling sering gue lihat itu adalah bertengkar di facebook. Oke gue akui dulu gue juga gitu, suka bikin status yang nyindir-nyindir. Terkadang kalo gue cek kembali facebook gue, suka ketawa sendiri mengingat betapa labilnya gue. Oke kembali ke topic, setelah beranjak SMA sifat si anak udah mulai berubah yah setidaknya sifat emosian yang labil tuh udah mulai berkurang dan udah lumayan stabil. Tapi, noh ada tapinya. Dari pengamatan gue selama ini, NGGAK SEMUA ORANG BEGITU! Kenapa? Walaupun udah SMA, tapi tetap aja kelakuannya itu masih kayak SMP. Kepsek gue pernah ngomong kayak gini, “Kalian itu udah SMA, udah pake celana panjang (kan cewek gak mungkin pake celana. Ini cuman ibarat. Oke?) seharusnya pikiran kalian itu juga panjang.” Maksudnya panjang disini itu adalah berpikir dewasa. Yah emang segelintir orang ada yang mulai berpikir kira-kira kalo gue kayak gini, nantinya jadi apa yah? Tapi ingat, cuman segelintir orang. Sisanya kemana?

Gue pernah dapet tugas agama nih, tugasnya itu mencari tahu permasalahan yang terjadi di lingkungan pelajar. Dan kami tuh dituntut untuk mewawancarai narasumber. So, ada begitu banyak masalah yang kami angkat seperti masalah ngebut-ngebutan, tawuran. Seks bebas, dan merokok. Dari permasalahan di atas, ada begitu banyak kesimpulan yang diambil. Tapi dari beberapa yang gue perhatikan, faktor yang paling utama itu adalah perhatian orang tua.

Oke gue setuju kalo emang benar gak semua orang tua itu tidak memerhatikan anaknya. Tapi apakah orang tua mengenal anaknya sebaik seorang teman mengenal sahabatnya? Well, gue setuju dengan pendapat yang mengatakan kalo orang tua itu tempat curhat yang paling baik. Tapi apakah sang anak mendapat kenyamanan untuk mencurahkan isi hatinya kepada orang tua sama seperti kenyamanan yang diberikan oleh teman? NGGAK SEMUA!

Itu mengapa gue ambil topik itu kali ini. Sebenarnya apasih peran orang tua yang baik yang sangat dibutuhkan oleh sang anak? Terlalu perhatian salah, gak perhatian juga salah. Terus bagaimana sih sikap anak itu sendiri supaya mendapat perhatian orang tua? Bisa aja orang tuanya punya waktu luang di rumah, tapi apakah orang tua berusaha mencari tahu apa yang dilakukan sang anak atau cuman  cuek bebek aja?

Banyak anak remaja, khususnya anak SMA yang salah mengambil langkah dalam mencari perhatian orang tua. Karena itu, bersyukurlah kalian bagi yang tumbuh di keluarga harmonis,. Tapi yang tidak, itulah masalahnya.

Nah, dari permasalahan ini, banyak anak yang lebih suka meluapkan emosi marah karena tidak pernah diperhatikan dengan cara yang salah. Seperti mengikuti tawuran. Tekadang gue eneg aja sama orang tua setelah mengetahui anaknya membuat masalah, malah cuman pasang senyum tampang bodo di depan guru. Seharusnya dengan adanya masalah begitu mereka harus sadar, bahwa sebenarnya perhatian dari mereka itu yang sangat diperlukan. Bukan malah dengan cara mukul anak. Oke, mungkin orang tua beranggapan kalau sang anak udah gede, tapi itu cuman fisik, bagaimana dengan psikis? Yang dibutuhkan anak bukan cuman lingkungan sosialnya saja, tetapi kasih sayang yang ditunjukkan orang tua terhadap anak. Lalu bagaimana sikap orang tua?

1.      Luangkan waktu kalian untuk mengenal sang anak. Memang tidak mudah bagi anak yang sudah menutup dirinya terhadap orang tua atau yang udah terlanjur benci kepada orang tuanya, tapi ingat sekeras apapun batu, kalau disiram terus bakal lapuk kan? Apalagi hati. Berusahalah menanamkan perasaan bahwa sang anak sangat penting. Dengan cara seperti itu, sang anak dapat menyadari bahwa mereka adalah bagian terpenting buat orang tua. Nah, dari sikap seperti itu, lama-kelamaan juga nanti mereka bakal berubah.
2.      Berusahalah membuat sang anak agar lebih terbuka terhadap orang tua daripada teman. Percaya  atau tidak, kehadiran orang tua di sisi sang anak sebenarnya lebih berharga dibandingkan seorang teman. Orang tua harus mampu menjadi teman yang mengenal sang anak dengan baik. Ibaratnya kalau kalian menjual kerang, setidaknya kalian tahu, di dalam kerang ada mutiara atau tidak. Cobalah mengajak sang anak mengobrol dengan suasana pertemanan. Gue yakin, dari situ sang anak akan berusaha bersikap lebih terbuka kepada orang tua.
3.      Nah ini yang terakhir, gue tekankan sekali lagi, kenali gerak gerik sang anak, atau bisa dibilang mood sang anak. Carilah waktu yang tepat untuk mengobrol dengan sang anak. Karena bisanya nih, kalau si anak lagi dalam mood yang paling eneg, biasanya kalo menghadapi kekepoan ortu, mereka malah ngerasa dicekam. So, ciptakan suasana pertemanan dulu yah :D

Sekarang beranjak dalam sikap yang harus dilakukan sang anak dalam mencari perhatian orang tua. Kata lainnya itu sikap positif yah guys, jangan negatif.

1.      Tanamkan sikap terbuka terhadap orang tua. Nah bisanya nih, kalo orang tua udah mulai tanya-tanya tuh bawaanya takut orang tua marah atau apa gitu. Well, itu pemikiran yang salah yah guys, cobalah berpikir positif, mungkin aja orang tua cuman mau tahu perkembangan kalian.
2.      Carilah perhatian orang tua dengan hal yang positif. Sebenarnya ada begitu banyak hal yang dapat kita lakukan untuk mencari perhatian orang tua, tapi kebanyakan kita lebih memilih hal yang cepat yaitu dengan melakukan perbuatan negatif. Nah, ini adalah pemikiran yang salah yah guys, kalian cuman berpikir cara mendapatkan perhatian saja tapi tidak memikirkan resiko yang bakal didapat dan apa yang akan terjadi kalo orang tua kalian tahu perbuatan kalian. Gue kasih contoh nih, kalian bisa aja ikut eskul-eskul yang ada di sekolah buat cari perhatian orang tua, ada dengan rajin belajar, atau juga dengan mengembangkan potensi dalam diri.
3.      Mulailah berpikir dewasa. Ini nih yang menjadi masalah remaja. Kebanyakan kita lebih menyertakan emosi dalam menyelesaikan masalah kebanding menyertakan logika. Itu mengapa, kita perlu melatih sikap berpikir yang lebih rasional. Kira-kira apa yang bakal terjadi kalo gue perbuat demikian? Apa resikonya? Apakah ini dosa atau tidak? Sertakan pertanyaan-pertanyaan tersebut setiap kali bertindak yah guys.

Oke sekian dulu tulisan gue. Semoga tulisan ini bermanfaat di kalangan remaja yang masih dalam proses pencarian jati diri kayak gue. Ingat yah, langkah yang diambil bakal berpengaruh buat masa depan. See youuuuuu~~~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar